Apakah yang menjadi trending topic di dunia maya kala musim hujan tiba? Coba cek
instastory, status WA atau cuitan di Twitter. Selain kenangan dan genangan, topik
yang dibicarakan pastinya adalah mi instan. Lezatnya mi rebus dengan butiran-butiran bakso sapi, telur, sawi, dan tak lupa irisan
cabe rawit…hmmm benar-benar kenikmatan yang hakiki untuk menyambut keceriaan
gerimis di luar.
Pernahkah terbayang bahwa mi instan diciptakan karena rasa iba? Jika mi berawal dari China, maka mi instan bermula ketika Jepang mengalami krisis setelah Perang Dunia kedua. Setelah kalah perang, Jepang mengalami kekurangan pangan. Makanan “wajib” pada masa itu selain nasi adalah mi. Bantuan makanan yang diberikan oleh Amerika ke Jepang pun berupa tepung terigu. Makanan yang menyerap tepung dalam jumlah banyak, salah satunya adalah mi. Maka diproduksilah mi dalam jumlah besar untuk mengatasi kelaparan. Saat itu mi ramen berkuah adalah salah satu makanan andalan.
Karena krisis ini
pula, rakyat Jepang harus mengantre untuk mendapat makanan. Antrean panjang terjadi
disebabkan banyak yang membutuhkan dan
lamanya proses penyajian semangkuk ramen berkuah. Wajah mereka yang kelelahan
karena lamanya pembuatan ramen, membuat iba seorang pengusaha bernama Ando. Pengusaha bernama lengkap Momofuku Ando
berpikir menciptakan makanan yang
mengenyangkan, tahan lama namun praktis. Jenis makanan ini harus mudah
didistribusikan ke daerah-daerah pelosok sehingga masyarakat yang kelaparan
bisa cepat tertolong. Dan terutama harus berbahan dasar tepung terigu, sesuai
dengan ketersediaan bahan baku. Dari sinilah terbersit ide membuat mi ramen cepat saji.
Chicken Ramen adalah
ramen instan pertama yang diciptakan oleh Momofuku Ando. Mi yang berbumbu dan
dikukus kemudian didehidrasi dalam minyak panas. Ramen ciptaan Onda ini bahkan
disebut-sebut magic. Bagaimana
tidak,hanya dengan menyeduh ramen kering dengan air panas, ramen siap disajikan
dalam waktu hanya 2 menit. Penemuan ini disambut hangat dan langsung menjadi favorit banyak orang.
Pada mulanya ramen
instan dibuat tanpa tambahan bumbu. Namun karena permintaan pelanggan yang
menginginkan rasa yang lebih kuat, maka ditambahkan bumbu penyedap dalam ramen
instan tersebut. Sejak saat itu, mi instan dibuat secara massal. Setelah Ando,
banyak bermunculan produsen mi instan lain di Jepang yang kemudian mengekspornya
ke seluruh dunia. Pada tahun 1970-an, mi instan sangat populer dan merevolusi
industri makanan olahan.
Perkembangan mie
instan makin meningkat dengan adanya inovasi
mi dalam cup. Walaupun menimbulkan kontroversi karena kemasan styrofoam diduga berbahaya bagi
kesehatan, faktanya mi dalam cup ini banyak peminatnya. Selain kemasan, rasa mi
instant juga mengalami perkembangan. Bukan hanya rasa ayam atau mi goreng
konvensional, namun kini ada beragam varian rasa mi instan. Sebut saja sambal
matah, sambal goreng, rendang, soto, bahkan rasa teh hijau pun ada.
Walaupun banyak
diberitakan efek samping mengkonsumsi mi instan, namun tetap saja peminatnya
semakin bertambah. Tak dipungkiri, mi
instan mengandung kalori dan natrium yang tinggi. Kalori mi instan bahkan di
atas seporsi nasi atau kentang. Berlebihnya kalori dalam tubuh bisa memicu
kegemukan. Natrium yang terdapat dalam bumbu adalah zat yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Jika dikonsumsi berlebih, mampu memicu hipertensi. Di dalam mi instan juga terkandung unsur
karbohidrat sederhana yang menyebabkan peningkatan gula darah secara cepat.
Inilah yang berpotensi menimbulkan penyakit diabetes mellitus. Belum lagi kandungan zat pengawet dan
MSG-nya. Namun, semua itu akan berpotensi membahayakan kesehatan apabila
dikonsumsi secara berlebihan.
Walaupun dicinta
sekaligus dibenci, keberadaan mi instan tak bisa dilepaskan dalam keseharian
masyarakat Indonesia. Tengoklah sekeliling kita, menjamur warmindo alias warung
makan indomi. Aneka tempat makan kekinian pun berlomba menyajikan hidangan
berbahan dasar mi instan namun dengan aneka variasi, mulai dari keju, kornet, sosis, baso, ayam geprek, ayam
katsu, daging sapi dan lain sebagainya. Bahkan bahan makanan yang satu ini
selalu hadir dalam paket sembilan bahan pokok terutama yang didistribusikan ke
wilayah yang tertimpa bencana. Hal ini disebabkan karena mi instan praktis, mengenyangkan,
awet dan harganya terjangkau.
Membaca selera konsumen yang menginginkan mi instan yang lebih bersahabat bagi kesehatan kini telah beredar mi “sehat” yang diklaim tanpa menggunakan pengawet, pewarna dan MSG. Walaupun harganya cenderung lebih mahal daripada mi biasa, mi sehat ini memiliki konsumen tersendiri yang cukup loyal. Nah, sekarang pilihan di tangan konsumen kan? Selamat makan mi instan sambil menikmati irama musim hujan!
Sumber : klikdokter.com,
kompas.com
Foto : Freepik.com
Waktu kuliah bahasa Jepun, presentasi sejarah mi instas di Jepun. Seru.
BalasHapusjadi pengen tau versi sejarah dari Bulan
HapusWow... lengkap sama sejarahnya..
BalasHapusmakasih Bu Arni..
HapusIya bener banget. Mie instan bumbunya kuat, buatku jadi terlalu asin. Mungkin karena jarang makan kalik ya. Gitu ya, penemuan dari kepepet dan kelaperan.
BalasHapusAku ya nyoba sih mie instan yg katanya sehat itu...
yg ijo ya mbak Hani...aku sukak..krn pada dasarnya suka mi-mi an
HapusSaya konsumsi mie juga tidak terlalu sering mbak, di rumah sengaja emang gak nyetok, kalau anak2 pengin baru beli. Sempat nyoba juga yang mie sehat itu. Ternyata kisah dibalik mie instan ini cukup mengharukan ya.
BalasHapusanak-anak bisa tak disiplinkan seminggu sekali, tapi ibunya malah yg suka curi2 kesempatan..
HapusDan...di luar lagi hujan dong, aku terus kebayang "lezatnya mi rebus dengan butiran-butiran bakso sapi, telur, sawi, dan tak lupa irisan cabe rawit" kwkw
BalasHapusBaru tahu sejarah terciptanya mie instan di artikel ini
Tengkyu Mbak Novi
Memang penyelamat perut tercepat dah mie instan ini mah
Saya baru tau tentang sejarah mie instan, ternyata berasal dari rasa iba setelah terjadinya perang dunia kedua ya...
BalasHapusMie instant ini memang penyelamat ketika lapar tiba-tiba melanda hihihi
Langsung auto ngenc*s ...hahaha
BalasHapus