Istilah literasi keuangan mungkin masih terdengar
asing , namun sebenarnya sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Semisal, menabung, merencanakan pengeluaran bulanan, mendaftarkan pada suatu
program asuransi, atau berinvestasi. Menurut Investopedia, secara sederhana
literasi keuangan adalah kemampuan dan pengetahuan untuk mengelola keuangan.
Kenapa
harus meningkatkan literasi keuangan? Toh selama ini keuangan saya baik-baik
saja. Mungkin pertanyaan ini terlintas di kepala. Meningkatkan literasi keuangan tidak hanya
tentang “melek” finansial tapi penting gunanya untuk memproteksi keuangan.
Selain untuk bertahan hidup, juga untuk persiapan menghadapi saat terburuk.
Terutama saat pandemi seperti saat ini, saat semua serba sulit, keuangan harus
benar-benar dikelola dengan baik. Kita harus bersiap menghadapi kemungkinan
terburuk, semisal krisis ekonomi di masa mendatang.
Sebagai
seorang “menteri keuangan” dalam rumah tangga, seorang ibu seharusnya dalam
kondisi paham literasi keuangan. Saya bukan ahli keuangan, bukan pula pengelola
keuangan yang baik. Namun, ada beberapa hal yang saya pelajari dan terapkan
dalam keseharian, terutama keuangan rumah tangga.
·
Yuk,
Rajin Mencatat
Pernah menengok isi tas ibu-ibu? Segepok nota-nota di dalam sana terasa
familier dengan isi tas Anda? Menyimpan aneka nota memang perlu, tapi lebih
baik lagi jika mencatat semua pemasukan dan pengeluaran. Setidaknya Anda akan
tahu kemana saja larinya semua uang itu. Lakukan review keuangan, yaitu pos-pos mana yang sebenarnya tidak
perlu, pengeluaran apa yang terbesar, dan anggaran apa yang masih bisa
diperketat. Intinya pengiritan ya? Tidak juga, tapi menempatkan sesuai porsi.
Kalau perlu belilah notes kecil yang muat ke dalam tas. Repot tulis tangan dan
ribet nyari pulpen? Sekarang ada aplikasi yang memudahkan para ibu mencatat
keuangan rumah tangga. Jadi, yuk, rajin mencatat.
·
Bang
Bing Bung, Kita Nabung
Jadi ingat sepenggal lagu lama ciptaan Titiek Puspa , Ayo Menabung :
Bang bing bung, yok, kita nabung
Tang ting tung yok, jangan dihitung
Tahu-tahu kita nanti dapat untung
Sisihkan sekian persen dari pengeluaran bulanan untuk tabungan. Menabung
adalah cara paling konvensional untuk mengelola keuangan. Walaupun saat ini
berinvestasi dianggap lebih menguntungkan, namun menabung tetap baik dilakukan.
Keuntungannya adalah ada dana segar yang siap dipakai sewaktu-waktu jika ada
keperluan mendadak. Jika berkecukupan, menabung logam mulia lebih menguntungkan
daripada menabung uang karena nilai uang yang menurun sedangkan logam mulia
cenderung selalu naik.
·
Hindari
Hutang, Sebaiknya Jangan Pakai Kartu Kredit
Saya tidak memakai kartu kredit jenis apapun. Selain karena menurut
pendapat saya, kartu kredit adalah jeratan awal dari riba (sedangkan riba tidak
diperbolehkan dalam agama Islam), saya juga tidak menyetujui kartu kredit
karena memicu konsumerisme, padahal itu uang pinjaman. Berbunga pula. Ini sih,
pendapat saya pribadi, ya. Kemudahan yang diberikan kartu kredit kadang membuat
lupa diri, hingga limit habis, dan tagihan membengkak. Demikian pula dengan
hutang. Bijaksanalah dengan hutang, apalagi hutang konsumtif, bukan produktif.
·
Belanja
Bulanan
Ibu-ibu rutin belanja bulanan sambil menunggu saat diskonan? Hehehe…saya
banget itu. Selain lebih menghemat waktu, belanja bulanan lebih menghemat uang,
lho. Karena pembelian dalam jumlah besar akan dikenakan harga yang lebih ringan
daripada eceran. Catatlah semua keperluan bulanan yang akan dibeli. Catatan
akan memandu kita membeli barang-barang yang benar-benar dibutuhkan, bukan
barang-barang yang diinginkan. Selain itu, jika sering-sering ke swalayan, pasti
lebih boros. Pengalaman saya, rencana awal hanya ingin membeli minyak goreng
karena kehabisan stok. Tetapi begitu sampai di swalayan, dengan ratusan barang
terpampang di depan mata, mustahil tangan ini hanya mencomot minyak goreng.
Sampai di rumah baru sadar, belanjaan sudah sekeranjang.
·
Investasi
Memahami investasi pada masa sekarang ini menjadi hal yang penting.
Selain pengetahuan tentang suku bunga pasar, resiko investasi , juga produk-produk
investasi seperti reksa dana, saham, dan deposito. Ibu-ibu zaman dulu biasanya pandai
berinvestasi emas. Ada rejeki, langsung dibelikan gelang atau kalung. Lalu
disimpan di bawah kasur. Almarhum nenek
saya demikian. Terbukti investasi ini sangat menguntungkan karena nilai emas
naik terus. Saat anak masuk sekolah atau saat keluarga tertimpa musibah, simpanan
emas sangat membantu. Sekarang simpanan emas bisa lebih aman dengan adanya
fasilitas layanan di bank dan pegadaian untuk membeli serta sekaligus menyimpan
emasnya.
Ada sebuah berita tentang seorang artis kenamaan pada zamannya, hartanya
melimpah ruah pada masa kejayaan. Namun, karena keuangannya tidak dikelola
dengan baik, di masa tua, sang artis justru terlunta-lunta dan jatuh miskin. Bahkan
untuk berobat ketika sakit pun harus meminta bantuan sana-sini.
Belajar dari kasus tersebut, alangkah baiknya jika Anda meng-update
pengelolaan keuangan selama ini. Sisihkan waktu minimal sekali seminggu atau
sebulan, untuk memaksakan diri memantau keuangan kita. Memantau ini bisa dalam
arti membuat perencanaan ulang, mengecek tagihan-tagihan, dan diskusi keuangan
bersama keluarga atau pasangan. Jika diperlukan, konsultasi kepada seorang ahli
keuangan. Yakin deh, pasti bisa. Ibu-ibu kan, jagonya hitung-hitung!
(Gambar dari pixabay)
Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days writing challenge Sahabat Hosting
Saya termasuk orang yang gemar investasi, agar nanti saat tua kita sudah mempunyai tabungan dalam bentuk berbagai macam investasi sehingga masa tua bisa terjamin dan tidak kuatir
BalasHapuskeren mbak Erly...bener mbak demi anak2 kelak
HapusBoleh dibilang aku hati² sih mengelola keuangan. Punya kartu kredit u booking hotel atau perjalanan aja sih, engga pernah u konsumtif. Itupun langsung dilunasi engga pernah bayar dicicil, apapun. Ada investasi yg aku penasaran tp ga berani, yaitu saham. Hehe...Sekarang lagi rame nih...
BalasHapusiya mbak, saham yg mana nih, jdi kepo aku. Kmrn temenku ngajakin ikut katanya baru sebulan dah balik modal. Tapi kok malah jadi takut ya..
HapusNgomongin literasi keuangan ini memang kayaknya buatku yang udah sepuluh tahun menikah udah telat banget. Dulu pokoknya survive aja, bisa makan, bisa bayar sekolah dan bisa ongkos ketemu suami sebulan sekali karena LDR. makin ke sini rasanya makin mikir apalagi stlh pandemi ini. Skrg malah baru mulai menabung lagi krn habis bedol tabungan buat modal. Memang sebaiknya sejak awal menikah hal kayak gini udah dipikirin kok, bukan ujug-ujug begini pas masa pandemi.
BalasHapussemangat mbak Damar..pandemi memang merubah kehidupan sebagian besar orang..
HapusKondisi sekarang, harus pintar-pintar atur keuangan ya mbak. Jangan sampai belum waktunya, uang dah abis duluan.
BalasHapusuang gaji dah kayak sulap aja mbak...tau-tau ilang kemana
HapusAh benar. saya juga sering menyimpan nota-nota dalam dompet. hingga kadang sesak dengan kertas. sayangnya memang kurang dicatat dengan rapih sih. jadi sering gitu lost control. hehehe
BalasHapussaya juga nih. Nota ditumpuk, rencana mau dicatet tapi trus lupa. pengen nyoba yg aplikasi itu buku kas dan sebangsanya
Hapusjangan lupakan infaq setiap pagi juga mba, hehe. bagi yang muslim yaa hehe. soalnya banyak keberkahan dan manfaat yang besar di infaq pagi itu. pastinya beberapa hal diatas juga benar, saya juga melakukan literasi keuangan yang diatas. dengan membagi per berapa persen dari gaji suami dan pendapatan saya dari menulis. terima kasih sharingnya mba.
BalasHapusso sweet mbak..bener sekali. Sedekah selalu di saat lapang ataupun sempit
HapusAku sejak pandemi rapi catatan keuangannya, Mbak..Dulu sekadarnya, bahkan sering lupa...huhuhu
BalasHapusTernyata beneran upgrade diri buat meningkatkan literasi keuangan bagi para ibu itu perlu
wa aku juga pengen rapi mbak. Ikutan ah merapikan catetan, harus bisa!
HapusAku masih manual nyatatnya, gonta ganti aplikasi catat keuangan tetap nulis di buku adalah cara ternyaman meski jadul kata anakku. Kadang mikir, kenapa ya nggak sebelum menikah belajar literasi keuangan ini. Satu prinsip kami, nggak usah ngoyo sampai ngutang. Ada ya beli, belum ada ya, sabar.
BalasHapusprinsipnya bagus bgt mbak..ada ya beli, nggak ada ya sabar...
Hapus