Mencari peluang di
tengah bencana, adalah cara bertahan hidup yang alami. Apalagi dengan adanya pandemi
panjang seperti yang terjadi saat ini. Peluang yang sudah ditemukan tidak akan
memberi manfaat apapun kecuali dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.
Bagaimana cara memanfaatkan peluang yang ada di tengah
pandemi? Memanfaatkan peluang di sini tidak semata harus bernilai ekonomis.
Tidak semua orang harus jualan. Berikut
beberapa hal kecil yang mungkin berguna.
Lebih Banyak Waktu untuk
Rumah
Masa kuncitara atau istilah asingnya lockdown memang tidak menyenangkan. Tidak bebas pergi kemana pun yang kita mau. Ada syarat-syarat dan protokol kesehatan ketat yang harus ditaati. Dengan adanya pembatasan ini, ada peluang yang bisa dimanfaatkan, di antaranya adalah waktu. Waktu luang yang biasa dihabiskan dengan bepergian, bisa dimanfaatkan misalnya untuk lebih memperhatikan kondisi rumah. Biasanya jika akhir pekan tiba,kita sibuk berkemas untuk jalan-jalan. Kapan lagi bisa meluangkan waktu untuk lebih memperhatikan isi rumah kita? Memilah perabotan, menyusun koleksi majalah atau novel-novel lama, menyisihkan pakaian pantas pakai untuk disumbangkan, dan banyak lagi hal-hal kecil dalam rumah yang terkadang luput dari perhatian karena kurangnya waktu.
Guru Privat bagi Anak
Pembelajaran jarak jauh membuat fungsi guru di sekolah sebagian besar berpindah pada orang tua. Mau tidak mau orang tua harus terlibat dalam KBDR ini. Untuk anak saya yang sudah menginjak bangku SMA, biasanya saya hanya berfungsi sebagai penyedia bekal, penyedia uang saku, dan hanya sesekali mendengar cerita-ceritanya tentang sekolah atau teman-temannya. Tetapi dengan adanya KBDR, saya bisa tahu lebih banyak tentang kegiatan sekolahnya. Bahkan bisa tahu suasana kelasnya melalui zoom. Iya, sesekali saya ikut mendengarkan zoom atau google meet kelasnya. Anak saya yang biasanya “gaul” dan banyak kegiatan di luar, memiliki lebih banyak waktu bermain dengan adiknya yang masih SD.
Untuk anak yang masih sekolah dasar, akan lebih banyak lagi pendampingan yang harus dilakukan. Positifnya adalah kita bisa tahu secara langsung perkembangan anak. Bagaimana cara dia menyimak materi yang diberikan guru. Mengajari cara menulis yang lebih rapi, bersama-sama membuat prakarya, dan yang paling seru menurut saya adalah membuat video tugas.
Tugas yang diberikan guru memang sengaja harus melibatkan anggota keluarga. Saya selalu senang jika ada kegiatan
membantu tugas rumah tangga. Anak bisa dilatih menyapu, menjemur baju, dan
memasak. Aktivitas ini selain melatih tanggung jawab anak, juga mendidik
kemandirian dan ketrampilan dasar dalam kehidupan.
Inilah yang saya
sebut sisi positif dari pandemi. Satu anak memiliki satu guru. Anak
seolah memiliki guru privat. Meskipun harus ada yang dikorbankan yaitu waktu
orang tua. Tapi demi pendidikan anak, demi membentuk kenangan manis dengan
orang tuanya saat KBDR, apa yang
memberatkan kita?
Mengembangkan
Potensi Diri
Mungkin
selama ini kita tak sempat memikirkan potensi diri yang tersimpan. Entah karena
kesibukan atau hal lain. Justru di saat pandemi ini, di sosial media banyak
penawaran untuk aneka ragam kursus jarak jauh. Tanpa perlu menghabiskan waktu
di perjalanan, kita bisa belajar sesuai minat. Semenjak pandemi, saya pribadi
mengikuti kursus menulis online. Sesuai hobi saya. Dari kursus ini saya jadi bisa berkenalan
dengan banyak perempuan dengan kesukaan yang sama, yaitu menulis. Dari kursus
menulis berlanjut ke pembuatan blog. Hingga mempercantik dan mengoptimalkan
blog. Beruntung sekali karena bisa
menambah jejaring sosial dan sekaligus meraup ilmu.
baca juga : 5 Cara Meningkatkan Potensi Diri untuk Hidup Lebih Sukses
Peluang
Menebar Kebaikan
Semenjak
pandemi, banyak digalakkan lumbung sosial, terutama di pedesaan. Seperti yang
dilakukan beberapa wilayah di Yogyakarta. Sebut saja Lumbung Rejodani di
Yogyakarta, dimana warga menggantungkan plastik-plastik berisi sembako yang
bebas diambil oleh siapapun yang membutuhkan. Atau Dapur Musafir di Jawa Barat.
Di Dapur Musafir, pemrakarsanya adalah seniman. Seperti kita tahu, banyak
seniman yang terkena imbas pandemi ini, dan mereka kompak untuk saling dukung
dan menguatkan.
Berangkat
dari ide yang sama, seorang ibu di
Kelurahan Jajar, Laweyan Solo juga melaksanakan pembagian bahan masak
mentah kepada tetangga sekitar. Namun untuk menghindari kerumunan, bahan
masakan ini diantar dari rumah ke rumah. Proses pengantarannya pun diatur,
misalnya minggu ini untuk warga RT 1, maka minggu berikutnya sumbangan
diberikan ke RT 2, dan seterusnya.
Ide saling berbagi lahir dari keprihatinan
warga karena masa pandemi yang panjang
ini menyebabkan goncangnya perekonomian masyarakat. Keterbatasan mobilitas dan
banyaknya pemutusan hubungan kerja mengakibatkan daya beli menurun. Bagi mereka yang mampu, akan bersedekah bahan
masakan atau sembako, dan bagi yang membutuhkan, bisa mengambil dari rak
tersebut dengan cuma-cuma. Kelihatannya sederhana, namun inilah pengejawantahan
gotong royong yang sebenarnya. Warga
saling menguatkan, siaga menghadapi bencana, baik bencana kesehatan, maupun
imbasnya yaitu bencana ekonomi.
Mulailah melihat ke sekeliling. Banyak hal baik yang
bisa dilakukan, banyak peluang terbuka lebar,
selain mengeluhkan pandemi berkepanjangan.
Yuk, bisa yuk!
Tulisan ini Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting
Nah iya ya, Mbak, memang banyak hikmahnya pandemi ini. Salah satunya jadi terlihat kalau semakin banyak masyarakat yang peduli dengan lingkungan sekitarnya
BalasHapusbenar mbak, bersama kesulitan pasti ada kemudahan
HapusKalau kita mau melihat hikmah dari setiap peristiwa, tentu apa pun keadaannya akan terasa menyenangkan. Tapi kalau sudah merasa berat, susah mbk. Jadi merasa terbebani dengan adanya lockdown ini.
BalasHapusTapi, aku tetap stay cool and beauty dong. Lihat sekeliling juga. Membantu jika ada yang kesulitan dan sebagainya.
setuju..stay cool, stay beauty n healthy wealthy...
HapusBanyak yang bisa kita lakukan dimasa pandemi ini, saya pilih mengembangkan diri dengan situasi ini. Sambil selalu berpikiran positif dan menjaga kesehatan.
BalasHapusiya positif thinking bisa membuat imun meningkat
HapusSaya justru keasyikan lho di rumah aja ini. Ngajar dari rumah, engga perlu ke kampus...MUdah-mudahan Juli udah boleh mengajar normal lagi. Mengandalkan jaringan di Indonesia belum stabil. Anak-anak juga sering kehabisan kuota...
BalasHapusLumbung Rejodani kok saya baru dengar Mbak. Ini seperti cantelan yang digagas Kagama (UGM) ya? Bersyukur banget ya ada aksi sosial tersebut di masa pandemi ini. Sangat membantu bagi mereka yang membutuhkannya. Apa saat ini lumbung Rejodani masih berjalan Mbak? Kalau cantelan yang ada di desa saya saat ini sudah mandeg.
BalasHapusMeski sedang pandemi dan lebih banyak di rumah, tetap bisa bermanfaat untuk diri sendiri dan lingkungan sekitar. Jadi bisa lebih menebar kebaikan.
BalasHapusBanyak pembelajaran yang kita dapatkan dari pandemi ini ya, Mbak. Tak hanya pengembangan potensi diri tapi juga berbagi kebaikan dengan sesama
BalasHapusSenang jika banyak peluang menebar kebaikan yang sayang untuk kita lewatkan