“Saya selalu percaya--dan ini lebih merupakan
sesuatu yang mistis--bahwa hari esok akan lebih baik dari hari sekarang.”
― Pramoedya Ananta Toer

Yap, masa depan adalah misteri. Namun bukan berarti kita harus masa bodoh
kepada apa yang akan terjadi kelak. Justru harus optimis untuk berusaha
mempersiapkan masa depan. Walaupun takdir telah ditentukan oleh Allah, manusia
tetap wajib berikhtiar.
Selama ini terkadang
kita sering mengeluh. Menyesali pilihan-pilihan hidup atau kejadian yang
menimpa di masa lalu. Semuanya membuat manusia lupa bersyukur. Lupa bahwa akan ada
perubahan yang mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya, di masa yang akan
datang. Padahal, kemampuan bernafas yang
masih diberikan Allah sampai detik ini, adalah kesempatan untuk memperbaiki
diri dan berbuat menjadi lebih baik. Setiap hari baru adalah kesempatan
mengubah hidup.
Mewujudkan masa depan
bisa ditafsirkan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal di akherat dan
juga persiapan kehidupan di dunia. Menurut saya, semua yang kita lakukan akan
hampa jika tidak ada pengharapan di dalamnya. Harapan akan kehidupan yang lebih
baik di masa depan, membuat kita terus bergerak dan bersemangat setiap harinya.
Saat ini, sebagai seorang
ibu dari dua orang putra, masa depan saya terkait dengan mereka dan keluarga
kecil kami. Harapan akan masa depan yang lebih indah, saya mulai dari :
Investasi
pada kesehatan anak dan keluarga.
Selalu memberikan asupan makanan yang sehat dan bergizi pada keluarga,
adalah investasi bagi kesehatan di masa depan. Memasak sendiri menu makanan
harian selain baik bagi kesehatan, juga baik bagi kesehatan keuangan. Selain
lebih irit dibanding jajan, bahan-bahan yang “nyemplung” dalam makanan, semua sepengetahuan
kita. Selain lewat makanan, keluarga kami termasuk rajin berolah raga. Apalagi
selama pandemi panjang ini, kebersamaan keluarga sering terjadi saat olah raga bersama, seperti bersepeda, main
badminton, dan juga berenang.
Persiapan
Biaya Pendidikan
Persiapan biaya pendidikan anak bukan melulu tergantung pada asuransi
pendidikan. Ada banyak cara lain semisal
berinvestasi pada logam mulia atau pada property. Intinya hari ini kami,
sebagai orang tua yang bertanggung jawab pada pendidikan anak, berusaha bekerja
sekeras dan secerdas mungkin, agar bisa
membiayai pendidikan terbaik bagi anak-anak kami.
Baca
juga : Meningkatkan Literasi Keuangan bagi Ibu Rumah Tangga
Persiapan
Masa Tua
Bertambah usia itu pasti. Tapi menua dengan penuh gaya itu berbeda. Saya ingin
menua dengan sehat secara fisik dan mental. Asupan gizi mulai dari saat ini
harus diperhatikan agar tidak menjadi boomerang
di masa tua. Misalnya, menertibkan diri dengan makanan sehat. Bolehlah junk food sesekali. Gorengan, kue-kue
manis, minuman manis, lemak dan semua yang serba enak di lidah, belum tentu
“enak” bagi tubuh kita. Jadi, usahakan hidup seimbang.
Saya tidak diet karena sebagai anggota “moody club”, diet membuat emosian! Versi saya adalah
menyeimbangkan makanan buruk dengan makanan baik. Banyak minum air putih,
ramuan tradisional, sayur, buah, dan olah raga.
Kesehatan mental saya upayakan dengan bersosialisasi dan me time. Berteman itu penting, lho. Saya mengamati sendiri betapa
bersemangatnya kedua orang tua saya, yang nota bene sudah masuk usia lansia,
70-an tahun, untuk hadir dalam reuni
sekolah. Sebelumnya mereka intens
berkomunikasi dengan teman-teman lama melalui grup WhatsApp. Dengan adanya
pertemanan di usia senja, bisa mengisi kekosongan saat anak cucu tidak berada
di sisi. Orang tua pun butuh kesibukan dan teman bicara. Ini justru menambah
semangat hidup mereka.
Mendekatkan
Diri dengan Keluarga dan Meningkatkan Keimanan
Harapan
semua orang adalah memiliki keluarga yang bahagia, berkecukupan, rukun,
tentram, dan damai. Oleh karenanya saya ingin lebih meningkatkan bonding
dalam keluarga kami. Lebih intens berkomunikasi antar anggota
keluarga. Ada saat tanpa gadget
dalam keluarga kami. Saat kami bisa mengobrol
dengan lebih akrab dan lebih hangat.
Yang
utama dari itu semua adalah saya ingin keluarga ini bisa bersama-sama pula di
Surganya Allah kelak. Oleh karenanya, saya akan terus berproses dan memohon
keteguhan iman agar senantiasa berada dalam jalur yang diridai Allah. Aamiin.
Begitulah
harapan-harapan dan persiapan saya mewujudkannya. Bagaimana dengan Anda? Senang sekali jika ada yang berkenan sharing
di kolom komentar. Terimakasih….
foto : pixabay
Tulisan ini Diikutsertakan dalam 30 Days
Writing Challenge Sahabat Hosting
nice to read
BalasHapus